Rabu, 18 Juli 2012

Santri Kuno yang Tak Terkenal

Aku melihat engkau didalam diriku. Semangatmu begitu tinggi. Tapi siapa engkau? Engkau hanyalah seorang putra yatim dengan ibu tua yang beberapa tahun lalu meninggalkanmu. Perangaimu keras. Hubunganmu dengan Tuhanmu biasa saja. Sholat subuhmu setengah tujuh pagi. Tapi aku tak pernah melihat engkau meninggalkannya. Itu inspirasi buatku. Terimakasih. Kau hanya beruntung memiliki seorang istri yang mencintai dan mengerti akan segala kekuranganmu dan itu semoga Tuhan anugrahkan juga kepadaku. istri yang menerima segala kekuaranku. 

Aku salut dengan kalian berdua. hingga Tuhan menganugerahkan delapan putra, dua diantaranya meninggal sewaktu masih bayi. kalian bukan orang kaya. tapi sebenarnya kalian juga bukan orang miskin. Entah bagaimana ceritanya kalian berdua bisa bersatu. aku belum sempat bertanya. Aku lihat dirimu begitu naif. selalu kalah atau mengalah. Aku tidak pernah tahu, yang kutahu engkau selalu terlihat sebagai seorang yang kalah. 

Aku masih ingat ketika engkau rela merendahkan harga dirimu untuk membela orang-orang yang mungkin kau cintai. Seingatku engkau selalu membuat guyonan, walaupun itu tidak lucu. tapi setidaknya engkau telah berusaha membuat orang-orang disekitarmu bahagia. Engkau pemarah namun tidak tegas. tidak tegas disini baru bisa kutangkap maknanya bahwa engkau telalu menyayangi putra-putrimu. memang didepan mereka engkau begitu garang, namun ternyata engkau selalu menangis. aku dapat merasakannya, hingga kini gampang sekali aku menangis. 

Hingga suatu saat engkau menua dan sakit. anak-anakmu terkadang memusuhimu karena sikapmu yang keras kepala. Namun ternyata Tuhan mengasihimu. itu terbukti dari ucapan istrimu "selama sakit tanaman sayur dibelakang rumahlah yang seolah telah dianugrahkan khusus untuknya, dia makan dan jajan dari hasil panen tanaman tersebut, jadi aku tidak begitu keberatan dengan masalah keuangan dan ketika Bapakmu meninggal, tanaman itupun ikut mati semua". 

Aku sangat menyesal, kenapa dulu aku lari dari tanggung jawab. aku meninggalkanmu demi entah untuk apa. dalam kesakitan engkau menangis dihadapanku. aku bertanya kenapa engkau menangis, aku kira engkau menangis dan sedih karena sakitmu ini, Namun didalam kesakitanmu dengan lirih engkau berkata "Aku belum mendidik putra-putriku, mereka semua belum menjadi orang!" engkaupun semakin merintih kesakitan. Hatiku tersentak! sebesar inikah kasih sayangmu kepada putra-putrimu. Tidak sebanding dengan apa yang telah diperbuat putra-putrimu kepadamu. mereka memusuhimu. apakah engkau tidak menyadarinya? 

Aku bingung harus berucap apa. hingga dengan suara meyakinkan "Anda sudah menyekolahkan mereka semua, buktinya mereka bisa membaca dan menulis, kewajiban anda mendidik putra-putri anda sudah gugur" mendengar kata-kataku, mukanya agak sedikit rileks. 

Hingga Jumat itu 29 Mei 2009 Engkau lebih dulu menghembuskan nafas terakhirmu sebelum kedatanganku, kulihat diwajahmu tersimpan sejuta tanya yang kau simpan untukku. aku sudah kuliah seperti keinginanmu. namun untuk menghapal alqur'an agaknya berat untukku. Apakah Tuhan mengijinkan ayat-ayat agungNya bersemayam dihati hambaNya yang terlalu kotor ini? Namun karena ini adalah harapanmu, aku akan berusaha, Semoga Tuhan berbelas kasihan kepadaku dan mengajariku dan membersihkanku. 

Ayah, kukirimkan doa untukmu. Maafkan aku mengecewakanmu. Restui aku bahagiakan Ibu. 

Redblackjack, 19 Juli 2012 (sehari sebelum Romadhon)




Masih Kepergianmu

Rasa sesal yang menggunung, menyesakkan relung hati. kebiasaan-kebiasaan baru sering muncul kepermukaan setelah kepergianmu. Rasa gelisah. Tak tenang. Tak Rela. Ngilu. Bukankah kalau engkau jodohku engkau rasakan hal yang sama denganku, namun kenyataannya engkau semakin melambung bahagia dengan kenalan yang baru.

Niatku akan berusaha merelakan kepergianmu, tapi agaknya itu sulit untuk saat ini. Memang ini tidak seperti yang sudah-sudah. beberapa kali kualami hal seperti ini. menyangkut dua rasa hati yang pernah menyatu, kemudian bosan dan bubar. Kali ini aku salah. Rasa ngilu semakin menjadi-jadi ketika mengingatmu.

Mungkin kali ini juga bukan jodohku. Aku masih ingat sesepuh berkata "Ya kalau jodoh itu saling menyayangi. satu sayang, satunya lagi juga sayang. apapun dan bagaimanapun". Tidak seperti ini ketika aku mulai gila dengan cinta ini. Engkau semakin bebas menghirup udara segar. Laksana bebas dari penjara cintaku. Cinta macam apa yang kutawarkan kepadamu, hingga kau ingin sekali pergi dariku.

Tuhanku Yang Maha Cinta. Penuh Kasih dan Sayang. Liputilah HambaMu yang kecil ini dengan Cinta dan kasih sayang. agar mampu melepaskan kepergian orang yang kucinta dengan kelembutan cinta. Ataukah mungkin Engkau mempunyai skenario lain. Ya Tuhanku jika dia yang kucintai dengan segenap hati ini, bukan yang terbaik untukku. Semoga engkau ganti dengan cinta yang lebih baik menurut pilihanMu. Tuhanku sesungguhnya aku berada dalam kekhawatiran  dan ketakukan. Selamatkanlah aku. Selamatkanlah aku, sesungguhnya Engkau sebaik-baik penyelamat.

Redblackjack, 19 Juli 2012